Header Ads

Makalah tentang Analisis Drama "Aduh" Karya Putu Wijaya

BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1.    Latar Belakang
Di dalam sastra ada sebuah hubungan yang sangat erat antara apresiasi, kajian dan kritik sastra karena ketiganya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Saat pembaca sudah mampu mengapresiasi sastra, pembaca mempunyai kesempatan untuk mengkaji sastra. Namun, hal ini tak sekadar mengkaji. Karena mengkaji telah menuntut adanya keilmiahan. Yaitu adanya teori atau pengetahuan yang dimiliki tentang sebuah karya. Saat Apresiasi merupakan tindakan menggauli karya sastra, maka mengkaji ialah tindakan menganalisis yang membutuhkan ilmu atau teori yang melandasinya. Tentang penjelasan mengkaji seperti yang diungkapkan oleh Aminudin (1995:39) kajian (sastra) adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antarunsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu.

Dengan adanya kajian drama inilah, peminat sastra melakukan analisis yaitu membedah karya-karya yang dibacanya. Sehingga unsur-unsur yang menyusun drama tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian hikmah yang ada di dalamnya. Apakah ada kecenderungan penyingkapan realitas sosial oleh sang pengarang? ataukah ada hal-hal lain yang bisa pengkaji sastra temukan dari kajian tersebut? hal ini bisa dianalisis dengan beberapa pendekatan karena kajian sastra memiliki berbagai pendekatan. Pendekatan-pendekatan itu ialah Objektif (struktural atau struktural semiotik), mimesis (sosiologi sastra), ekspresif (hermeuneutik), dan pragmatik (resepsi sastra & intertekstual). Dalam makalah ini akan dilakukan pengkajian drama yaitu penulis akan mengkaji naskah drama yang berjudul ”ADUH” KARYA Putu Wijaya melalui pendekatan Objektif (struktural). Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya akan dieksploitasi semaksimal mungkin.

Putu Wijaya yang produktif ini bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya, Lahir di Puri Anom, Sarem, Kangin, Tabanan, Bali, 11 April 1944. Banyak karya-karya baik drama maupun prosa yang ia hasilkan, misalnya Dalam Cahaya Bulan Bila Malam, Bertambah Malam, Invalid, Tak Sampai Tiga Bulan, Orang-Orang Malam, Lautan bernyanyi, Aduh, Anu, Edan, Hum-pim-pah, Dag-dig-dug, dan lain sebagainya. Gaya penulisan Putu Wijaya sangat kental sekali, ia cenderung mempergunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream of consciousness. Putu berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan naluri yang terpendam dalam bawah sadar, lebih-lebih libido seksual yang ada dalam daerah kegelapan.

1.2.    Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah analisis drama ”ADUH” karya Putu wijaya dengan menggunakan pendekatan Objektif yaitu mengkaji dari struktur yang membangun drama, yang terdiri dari unsur intrinsik. Unsur intrinsik tersebut yaitu tema, penokohan,perwatakan, latar, alur, konflik, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa.

1.3.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui struktur dalam yang membangun drama ”ADUH” karya Putu Wijaya. Unsur dalam (unsur intrinsik) ini terdiri atas tema, penokohan, perwatakan, latar, alur, konflik, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa. 

BAB II
PEMBAHASAN 
2.1.    Landasan Teori
Penulis akan menganalisis atau mengkaji drama “ADUH” dengan menggunakan pendekatan objektif. Kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu (Aminuddin, 1995:39).

Drama adalah ragam satra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertujukkan di atas pentas (Zaidan, 2000). Talha Bachmid (1990:1-16), seorang doktor dalam bidang kajian drama, mengutip pendapat Patrice Pavis bahwa drama memiliki konvensi dan kaidah umum, yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Yang pertama berhubungan dengan kaidah bentuk, seperti unsur alur dan pengaluran, tokoh dan penokohan, latar ruang dan waktu, dan perlengkapan. Yang kedua berkaitan dengan konvensi stilistika atau bahasa dramatik.

Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sekaligus memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra modern, khususnya teori-teori yang menggunakan konsep dasar struktur. Pendekatan objektif mengindikasikan perkembangan pikiran manusia sebagai evolusi teori selama lebih kurang 2.500 tahun. Evolusi ini berkembang sejak Aristoteles hingga awal abad ke-20, yang kemudian menjadi revolusi teori selama satu abad, yaitu awal abad ke-20 hingga awal abad ke-21, dari strukturalisme menjadi strukturalisme dinamik, resepsi, interteks, dekonstruksi, dan postrukturalisme pada umumnya.

Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan. Organisasi atas keempat unsur itulah yang kemudian membangun struktur cerita yang disebut plot.

Pendekatan objektif dengan demikian memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur,yang dikenal dengan analisis intrinsik. Unsur intrinsik yang dimaksud yaitu :
  • Tema. Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
  • Penokohan. Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd). Dalam suatu novel terdapat beberapa peran penting yaitu tokoh utama, tokoh pendamping dan lain sebagainya. Ada beberapa karakter tokoh, yaitu : protagonis (tokoh dengan berwatak baik), antagonis (tokoh dengan watak jahat), dan rigonis tokoh penengah atau pelerai konflik.
  • Latar. Latar merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd)
  • Alur / Plot. Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
  • Konflik. Masalah yang timbul dari tokoh dari dalam cerita. Baik itu antara diri sendiri maupun sekelompok orang.
  • Amanat. Amanat yaitu suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.
  • Sudut Pandang. Sudut pandang adalah kacamata si pengarang.
  • Gaya Bahasa. Merupakan gaya yang dominan dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji). Konsekuensi logis yang timbul karena menggunakan pendekatan ini adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergosentris, pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antar unsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas dipihak yang lain.
2.2.    Kajian Drama dan Pendekatan
Drama merupakan salah satu genre sastra. Menurut definisi, drama adalah ragam satra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas (Zaidan, 2000).

Drama memiliki bentuk sendiri, saat puisi kebanyakan berbentuk monolog dan novel atau cerpen perpaduan dialog dan monolog, maka drama drama merupakan karya sastra berupa dialog. Dengan melihat naskah pun pembaca akan mengetahui bahwa karya tersebut adalah drama.

Pada kesempatan ini, penulis akan mengkaji atau menganalisis sebuah drama yang berjudul ”ADUH” karya Putu Wijaya. Dalam mengkaji ”ADUH” penulis akan menggunakan pendekatan objektif yaitu memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik (tema, penokohan, latar, alur, konflik, amanat, sudut pandang dan gaya bahasa).

2.3.    Sinopsis ”ADUH” karya Putu Wijaya
Drama “ADUH” bercerita tentang situasi kritis dan gawat. Mereka berkejaran dengan waktu untuk mengubur satu mayat. Semua orang panik dan tak bisa berpikir jernih. Semuanya kebingungan. Saat inilah harus ada satu orang yang muncul dan memegang kendali dengan keras supaya kelompok tidak kacau. Di saat seperti ini, gaya visioner patut dibuang ke tempat sampah. Gaya otoriter lah jawaban dari situasi kondisi mencemaskan itu. Dengan memerintah “pelopor” untuk membuka jalan, meminta “salah seorang” untuk mengangkat mayat, walaupun sempat ribut sana-sini, berkelahi, dan sempat putus asa, satu masalah pun akhirnya bisa terselesaikan, yakni mayat itu akhirnya bisa dikubur.

2.4.    Realitas di Dalam Karya ”ADUH”
Dalam analisis yang saya lakukan, saya mencoba mengangkat sebuah konteks yang ada dalam analisis struktural dalam naskah “ADUH” karya Putu Wijaya. Objek kajian yang saya angkat dari naskah drama ini adalah unsur intrinsiknya melalui pendekatan objektif, didasarkan atas pengalaman pembacaan, saya menangkap unsur-unsur yang dirasa layak untuk dikaji.

Dalam naskah drama “ADUH” karya Putu Wijaya ini, digambarkan sekelompok orang yang dihadapkan pada suatu masalah. Dimana ada seseorang yang sedang terluka meminta pertolongan. Dari sinilah awal konflik-konflik yang ada. Mereka terjerat dalam keraguan, apakah orang ini mau ditolong atau dibiarkan saja. Kalau tidak ditolong kasihan tapi kalau ditolong nanti seperti pengalaman yang dulu bahwa orang yang minta tolong hanya pura-pura malah mau berbuat jahat pada mereka. Nah, dari cerita inilah saya ingin mengetahui unsur-unsur intrinsik apa yang membangun karya drama ini hingga layak untuk dikaji melalui pendekatan objektif.

2.5.    Analisis Drama ”ADUH” Karya Putu Wijaya Melalui Pendekatan Objektif
Drama disebut sastra tersendiri karena mamiliki konsep, kategori dan ciri khas yang membedakan dengan genre prosa dan puisi. Oleh karena itu secara konseptual selalu terkait dengan konstruksi naratif yang disampaikan melalui dialog. Sedangkan Pendekatan Objektif yaitu pendekatan yang memusatkan perhatiannya semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Unsur-unsur intrinsik yaitu unsur pembangun sastra dari dalam sastra itu sendiri. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu tema, penokohan, alur, latar, konflik, amanat, sudut pandang dan gaya bahasa. Maka, unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam drama “ADUH” karya Putu Wijaya yaitu :
  1. Tema. Landasan cerita (ide struktural dalam cerita). Tema juga disebut sebagai gagasan ide atau pokok pikiran dalam suatu cerita, tema dalam sebuah cerita dapat menyampaikan amanat (pesan moral kepada pembaca). Dalam penyampaian tema pengarang tidak langsung menyebutkannya tetapi menjadi tugas pembaca untuk smencari suatu tema dalam sebuah cerita. Tema dalam naskah drama ”Aduh” menjelaskan tentang masalah kecil yang dibesar-besarkan. Keragu-raguan yang besar yang akhirnya membuat mereka menyesal.
  2. Penokohan. Tokoh adalah individu yang mengalami peristiwa atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah penciptaan antara tokoh (Sudjiman, 1990 : 79 di dalam Lukman 1995 :30). Dalam suatu cerita menciptakan bermacam tokoh sesuai dengan peran dan karakternya. Penokohan dalam drama ini tidak jelas, misalnya dalam hal penamaan tokoh, umur, dan lingkungan sosial. Semua pemain disebut dengan salah seorang, si sakit, dan yang simpati. Di sini tidak memperlihatkan watak, meskipun dialog dalam aduh secara keseluruhan merefleksikan watak orang-orang yang ada dalam kelompok. Dialog yang diucapkan tokoh-tokoh di sini bukanlah ekspresi dari watak-watak tokoh, sebab dialog dapat diucapkan siapa saja dalam kelompok itu. Tokoh protagonis dan antagonis tidak dikenal, pro dan kontra muncul secara spontan dalam kelompok, dan terhapus secara mendadak karena mencuatnya masalah yang lain. Dialog-dialog ketika si sakit bertambah parah dan seterusnya, memperlihatkan bagaimana sikap sekelompok orang itu terbentuk. Yang Simpati pada Si sakit tak dapat mempengaruhi kelompoknya untuk secepatnya menolong si sakit. Penampilan tokoh si sakit sebagai fokus cerita. Si sakit, mayat, bau, merupakan kerangka situasi yang dikembangkan oleh pengarang yang melibatkan kelompok. Karena itu perkembangan cerita tidak berasal dari perkembangan watak tokoh-tokohnya. Cerita dikembangkan lewat kerangka situasi. Namun, dibalik itu semua saya akan coba menganalisisnya yaitu: Salah seorang: Waspada untuk menjaga segala tindakannya serta perilakunya, perhatian terhadap orang-orang yang ada disekitarnya, peduli dengan segala sesuatu hal yang telah terjadi, mudah mengeluh ketika menghadapi permasalahan yang rumit pada dirinya, egois karena dia tidak memperdulikan kejadian yang ada disekitarnya. Yang simpati: Peduli dengan nasib orang lain yang membutuhkan pertolongan, tegas untuk memecahkan permasalahan dalam ruang lingkupnya. Yang iri: Sirik terhadap karena merasa dirinya tidak dapat mencapai semua keinginan tersebut. Pemilik balsem: Terlalu percaya terhadap hal-hal yang berbau mistik, kikir pada semua orang karena dia merasa dirinya mampu melakukan segala hal. Pemimpin: Tegas dalam memutuskan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang menyangkut kehidupan kelompoknya, bertanggung jawab dalam menyelesaiakan masalah yang dihadapi dalam kelompoknya, dalam sikapnya yang disiplin dia juga mudah tergoda dengan yang berbau materi. Perintis jalan: Bertanggung jawab atas semua tugasnya, bijaksana untuk memberikan keputusan, tegas dalam memutuskan permasalahan yamg terjadi, semangat dalam melakukan tugasnya, penakut, sombong atas perilaku yang dilakukan terhadap kelompoknya. Yang marah: Mudah terpancing emosinya, pintar memutarbalikkan fakta, tidak mau disalahkan. Yang lain: Perhatian terhadap orang lain atau peduli, bertanggung jawab Yang satu: Bertanggung jawab, peduli terhadap orang lain. Salah Satu: Merasa rendah diri karena dirinya merasa paling bodoh dibanding teman-temannya, mudah mengeluh terhadap suatu permasalahan, tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya. Yang berani: Pemberani dalam mengatasi permsalahan walaupun bukan dia yang melakukannya.
  3. Latar Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, hari dan suasana dalam peristiwa. Latar dapat memberikan informasi terhadap sebuah peristiwa lengkap dengan gambaran situasinya, sehingga pembaca dapat mengetahui keadaan peristiwa dalam cerita. Melalui itu pengarang dapat memberitahukan mengenai tempat dimana suatu peristiwa terjadi juga mengenai waktu kapan peristiwa itu berlaku.
  4. Latar dalam sebuah cerita dapat juga berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup tokoh dalam peristiwa. Faktor yang demikian bersifat latar psikologis (oleh Aminudin, 1991 : 68). Latar tempat: Latar tempat yang digunakan dalam naskah drama ”ADUH” ini adalah pinggir jalan tempat orang-orang bekerja. Tempat terjadinya adegan dalam babak pertama adegan bisa terjadi dimana saja, misalnya terjadi di tempat terbuka, di pinggir jalan, di luar gedung/rumah dan disebuah lorong tempat mayat digotong. Tempat terjadinya mungkin di Jawa karena ada orang bertanya dalam bahasa Jawa. Namun bisa juga terjadi di tempat lain yang penduduknya ada orang Jawa. Tetapi ada orang yang mengatakan kalau ada orang ngaben yang merupakan adat Hindu-Bali, jadi mungkin juga setting tempat di Bali. Latar Waktu: Penunjukan waktu dipergunakan untuk pergantian adegan dan pergantian babak. Latar waktu yang digunakan dalam naskah drama “ADUH” ini adalah dari siang hingga menjelang senja sampai gelap, malam.
  5. Alur. Alur yang terdapat dalam drama ini adalah alur maju. Karena mengisahkan drama dari awal cerita hingga akhir. Selain itu drama “ADUH” memperlihatkan unsur penguluran. Hal tersebut ditampilkan pada babak pertama di mana ada penonjolan rasa curiga yang berhasil menguasai kelompok itu sehingga saran agar si sakit cepat ditolong tak dihiraukan sampai akhirnya si sakit meninggal.
  6. Konflik. Konflik adalah masalah yang timbul dari tokoh dari dalam cerita. Baik itu antara diri sendiri maupun sekelompok orang. Dalam naskah drama ”ADUH” ini digambarkan suatu konflik yang berawal dari pengalaman psikologis para tokoh yaitu dulu mereka pernah tertipu oleh orang yang pura-pura minta tolong kepada mereka. Mereka menolong orang tersebut namun akhirnya orang yang ditolong itu malah berbuat jahat kepada mereka.pengalaman tersebut yang membuat mereka ragu untuk menolong orang yang meminta tolong dan timbulah pedebatan-perdebatan hingga akhirnya orang yang minta tolong tersebut meninggal.
  7. Amanat. Amanat yaitu suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, amanat yang dapat diambil dari naskah drama ”ADUH” karya Putu Wijaya. Kita tidak boleh ragu-ragu jika ingin menolong orang dan jangan sampai terpaku oleh pengalaman masa lalu karena tidak semua orang penipu atau penjahat. Jika kita ingin menolong orang lain hendaknya dengan hati yang ikhlas dan jangan berfikiran negatif terhadap orang lain kecuali orang itu sangat mencurigakan. Naskah drama Aduh juga mengajarkan kita untuk tidak membesar-besarkan suatu masalah sampai tidak memperdulikan orang yang butuh pertolongan.
  8. Sudut pandang. Sudut pandang adalah kacamata si pengarang. Sudut Pandang dalam drama ini tidak jelas, misalnya dalam hal penamaan tokoh, umur, dan lingkungan sosial. Semua pemain disebut dengan salah seorang, si sakit, dan yang simpati.
  9. Gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan gaya yang dominan dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji). Gaya bahasa disini cenderung mempergunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream of consciousness.
BAB III
PENUTUP
3.1.     Simpulan
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertujukkan di atas pentas. ada tiga bentuk kegiatan dalam menanggapi karya yaitu mengapresiasi, mengkaji, dan mengkritik. kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu. Dan salah satu pendekatan dalam mengkaji sastra ialah pendekatan objektif. Di dalam pendekatan objektif yaitu pendekatan yang memusatkan perhatiannya semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Unsur-unsur intrinsik yaitu unsur pembangun sastra dari dalam sastra itu sendiri. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu tema, penokohan, latar, alur, konflik, amanat, sudut pandang dan gaya bahasa. Drama berjudul ”ADUH” bisa dikaji menggunakan pendekatan objektif. Dan pengkaji bisa mengetahui unsur-unsur intrinsik yang membangun karya tersebut.

3.2.     Saran
Beberapa saran yang terhimpun saat menulis makalah ini yaitu:
  1. Pembaca sastra senantiasa memperbanyak membaca karya sastra.
  2. Pembaca sastra dalam mengkaji sastra harus dilengkapi teori atau referensi yang mapan.
  3. Pembaca harus selalu meningkatkan kecintaan kepada karya sastra. 
DAFTAR PUSTAKA


No comments


Powered by Blogger.